Use of More Alternative Credit Data Can Improve Access to Financing for Indonesia’s Consumers and MSMEs in Recovery: Experian Study

- Lenders are potentially missing out on creditworthy borrowers due to insufficient credit data; possibly impacting low- and middle-income earners and MSMEs in road to recovery
- Data has emerged as one of the top priorities for Indonesia-based lenders to mitigate credit or fraud risk, with improving use of data and insights from traditional and alternative sources
- Indonesian lenders are seeking to improve credit risk management capabilities, with many planning to invest in new technologies around risk decisioning and real-time data analytics to combat rising digital identity fraud and increase customer acquisition
JAKARTA, 26 January 2022 - Lenders in Indonesia are potentially turning away viable creditworthy borrowers due to a lack of comprehensive credit data to effectively assess credit or fraud risks. With Otoritas Jasa Keuangan (OJK) calling on the financial services sector to respond quicker to consumer needs as well as expand access to financing for micro, small and medium enterprises (MSME), lenders are under pressure to improve their credit risk management capabilities, with an increasing number turning to a technology-first approach to maximise the potential of available data.
This was the key finding of a commissioned study conducted by Forrester Consulting on behalf of leading global information services company, Experian between June and October 2021 where 55 senior risk decision-makers from Indonesia were surveyed. From this 3-country[1] study, Experian summarised the Indonesian insights into a “Experian Credit Decisioning Trends 2022: Indonesia” paper focused on the state of risk management and credit decisioning trends in Indonesia during a highly volatile economic landscape. Respondents comprised of lenders from the banking, fintech, and non-banking sectors, providing a well-rounded view of Indonesia’s financing landscape.
Thin-File Individuals and Businesses Face Significant Challenges in Credit Access to Spur Recovery in 2022
Sixty-nine per cent of lenders surveyed reported turning away viable customers due to insufficient credit data. Left unchecked, this could have severe consequences for low- and middle-income earners as well as MSMEs, being segments of the Indonesian economy likely to face financial constraints due to uncertainty arising from the ongoing pandemic.
In response, improving the use of data and insights has emerged as one of the top priorities for Indonesian lenders, with 87 per cent of respondents citing it as a high or critical priority.
More Comprehensive and Smarter Use of Data Becoming a Key Enabler for Lenders
Data from both traditional and alternative, non-bank sources has emerged as the key enabler for lenders to mitigate credit or fraud risk. Eighty-seven per cent of the respondents are today prioritising increased data collection from traditional sources, with 88 per cent looking to incorporate new data from alternative sources, while 91 per cent are prioritising the ability to maximise the volume of insights derived from existing or collected data.
Notably, Indonesia-based lenders registered the highest levels of alternative data use among countries included in the study. This could potentially have been facilitated by the archipelago’s rapid digitalisation and complementary policies such as the National Open API Payment Standard. Telco data has become a leading source such non-traditional credit data. Forty-seven per cent of the respondents indicated that utility/telecom data was a key source of alternative data for them.
Lenders Investing in Technology to Enhance Credit Risk and Identity Fraud Assessment Capabilities
As Indonesia continues to digitalise, a majority of Indonesian lenders are leveraging new technologies to facilitate more effective risk decisioning. Many are also preparing to increase the level of investment into technology around risk decisioning and real-time data analytics.
Aligned with the growing data use, 78 per cent of lenders in Indonesia are using open banking technologies to leverage real-time data for credit risk decisioning, while 85 per cent are also identifying it as an essential area for investment in the near future.
Sixty-nine per cent of the lenders are leveraging artificial intelligence (AI) technologies to manage the growing volume of data and to facilitate automated decisioning processes. While 70 per cent of respondents have automated credit decisioning processes to a large extent, 80 per cent plan to increase the level of automation in the next 12 months.
Data and Technology to Set to Accelerate Indonesia’s Financial Inclusion Goals
Boosting financial access has been a priority of the Indonesian government, who aims to increase financial inclusion levels to 90 per cent by 2024, viewing it as a cornerstone of economic growth and stability. While notable progress has been made in recent years, almost a quarter of the country’s 273 million population still remains unbanked. On the MSME front, OJK is providing support to organisations which were affected by the COVID-19 pandemic, facilitating their access to credit to accelerate their recovery and ability to resume business activities.
“The ability to ingest new and rich alternative data sources alongside traditional credit data will be the gamechanger for Indonesian lenders to accelerate access to financial services which are both inclusive and responsible. Against a backdrop of rapid development in financial technology and digital-first transformation, lenders can now better support Indonesians and the country’s micro and small enterprises on their road to recovery if they advance their investments in trusted data sources and technology capabilities, with a view to establishing a more sustainable and inclusive lending landscape in the long term,” said Mohan Jayaraman, Managing Director, Southeast Asia & Regional Innovation, Experian Asia Pacific.
Advancing financial success through alternative data sources has always been a key objective of Experian in Indonesia. The company actively engages with local industry players, growing an ecosystem of trusted alternative data sources for better credit risk insight. Experian most recently entered a partnership with Indonesian telecommunications company PT. Hutchison 3 Indonesia. The collaboration sees 3 Indonesia becoming an alternative data partner to Experian’s latest credit assessment tool PowerScore to provide lenders with telco-backed alternative data insights, facilitating responsible credit risk decisioning for lenders.
Download the study here: Credit Decisioning Trends 2022 - Indonesia
[1] Three markets include Australia, India and Indonesia
- Perusahaan pemberi pinjaman berpotensi kehilangan sejumlah nasabah karena minimnya data riwayat kredit, berkemungkinan memberi dampak pada individu berpenghasilan rendah-menengah, dan UMKM di tengah pemulihan ekonomi
- Hasil studi Experian menunjukkan bahwa prioritas utama bagi perusahaan pemberi pinjaman di Indonesia dalam mitigasi risiko adalah dengan meningkatkan pemanfaatan data dan wawasan dari sumber tradisional dan alternatif
- Perusahaan pemberi pinjaman di Indonesia terus meningkatkan kemampuan manajemen risiko kredit, dengan sejumlah rencana untuk berinvestasi pada platform teknologi bagi perhitungan risiko dan analisis data secara real-time guna mengatasi semakin maraknya fraud identitas digital dan meningkatkan akuisisi nasabah
JAKARTA, 26 Januari 2022 - Perusahaan pemberi pinjaman di Indonesia berpotensi menolak peminjam layak kredit karena kurangnya data kredit komprehensif untuk menilai risiko kredit atau penipuan secara efektif. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau seluruh pemain pada sektor jasa keuangan untuk merespon kebutuhan konsumen, seperti perluasan akses pembiayaan bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Imbauan OJK ini menempatkan perusahaan pemberi pinjaman di bawah tekanan untuk meningkatkan kemampuan manajemen risiko kredit, dan mendorong lebih banyak perusahaan menggunakan pendekatan berbasis teknologi dalam pemaksimalan potensi data.
Hal ini merupakan salah satu temuan utama dalam studi Forrester Consulting untuk Experian – perusahaan global penyedia layanan informasi terdepan – pada Juni hingga Oktober 2021, yang melibatkan 55 responden survei asal Indonesia yang merupakan pengambil keputusan berbasis risiko senior. Studi gabungan tiga negara[2] bertajuk “Experian Credit Decisioning Trends 2022: Indonesia” ini menjabarkan keadaan manajemen risiko dan tren pengambilan keputusan kredit di Indonesia, di tengah pergolakan lanskap ekonomi. Responden survei diambil dari berbagai perusahaan pemberi pinjaman dari sektor perbankan, fintech, dan non-perbankan untuk memberikan pandangan menyeluruh tentang lanskap keuangan di Indonesia.
Nasabah Individu dan Pelaku Bisnis Dengan Riwayat Kredit Terbatas Mengalami Kesulitan Akses Kredit, untuk Mendorong Pemulihan Ekonomi di 2022
Sebanyak 69 persen responden survei yang terdiri dari perusahaan pemberi pinjaman tercatat menolak nasabah karena minimnya data riwayat kredit. Jika dibiarkan, situasi ini dapat berdampak buruk bagi masyarakat berpenghasilan rendah hingga menengah serta UMKM – sebagai segmen yang rentan mengalami kendala keuangan karena ketidakpastian akibat pandemi.
Terkait hal tersebut, sebanyak 87 persen responden menilai bahwa peningkatan penggunaan data dan wawasan merupakan langkah yang patut diprioritaskan (prioritas tinggi atau utama).
Pemanfaatan Data yang Lebih Komprehensif dan Cerdas Berperan Penting Bagi Perusahaan Pemberi Pinjaman
Data dari sumber konvensional serta alternatif seperti sumber non-perbankan telah menjadi pendukung utama bagi perusahaan pemberi pinjaman dalam memitigasi risiko kredit dan fraud. Sebesar 87 persen responden saat ini memprioritaskan peningkatan pengumpulan data dari sumber konvensional, dengan 88 persen terbuka untuk menggunakan data baru dari sumber alternatif. Sementara itu, 91 persen memprioritaskan kemampuan untuk memaksimalkan volume atas insight yang berasal dari data yang ada atau yang dikumpulkan.
Secara khusus, perusahaan pemberi pinjaman di Indonesia tercatat sebagai negara dengan tingkat penggunaan data alternatif tertinggi di antara negara-negara yang berpartisipasi di dalam studi ini. Situasi ini berpotensi terjadi karena difasilitasi oleh cepatnya digitalisasi di Tanah Air dengan dukungan kebijakan seperti Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP). Data telco juga secara khusus menjadi salah satu sumber utama dari jenis kredit data non-konvensional. Kemudian, sebesar 47 persen dari responden menilai bahwa data telco/utilitas menjadi sumber utama dari data alternatif mereka.
Perusahaan Pemberi Pinjaman Andalkan Teknologi untuk Meningkatkan Kemampuan Identifikasi Risiko Kredit dan Identity Fraud
Seiring dengan digitalisasi yang berkelanjutan, mayoritas pemberi pinjaman di Indonesia memanfaatkan teknologi baru untuk memfasilitasi pengambilan keputusan berbasis risiko yang lebih efektif. Tak sedikit pula di antaranya yang bersiap untuk meningkatkan investasi pada teknologi seputar pengambilan keputusan berbasis risiko melalui analitik data secara real-time.
Seiring pertumbuhan penggunaan data, 78 persen responden yang terdiri atas perusahaan pemberi pinjaman di Indonesia menggunakan teknologi open banking (perbankan terbuka) untuk memanfaatkan data real-time dalam pengambilan keputusan kredit berbasis risiko. Sementara itu, sebanyak 85 persen menilai teknologi tersebut sebagai area investasi prioritas dalam waktu dekat.
Survei juga menunjukkan 69 persen responden memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengelola volume data yang terus bertambah dan untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan secara otomatis. Meskipun 70 persen responden sudah melakukan pengambilan keputusan kredit secara otomatis dalam lingkup cukup besar, 80 persen berencana untuk meningkatkan level otomatisasi tersebut dalam setahun ke depan.
Penggunaan Data dan Teknologi untuk Mempercepat Pencapaian Inklusi Keuangan Indonesia
Peningkatan akses keuangan telah menjadi prioritas pemerintah Indonesia untuk mendorong inklusi keuangan hingga 90 persen pada tahun 2024 – sebagai landasan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Meski telah terdapat kemajuan selama beberapa tahun terakhir, hampir seperempat dari 273 juta penduduk Indonesia masih belum memiliki akses perbankan (unbanked). Di bidang UMKM, OJK memberikan dukungan kepada organisasi terdampak pandemi COVID-19, memfasilitasi akses kredit untuk mempercepat pemulihan dan kemampuan untuk melanjutkan kegiatan usaha.
“Di samping data konvensional, sumber data alternatif diprediksi akan menjadi terobosan penting bagi perusahaan pemberi pinjaman di Indonesia dalam mendorong akses layanan finansial yang inklusif dan bertanggung jawab. Dengan perkembangan teknologi keuangan dan transformasi digital yang semakin pesat, perusahaan pemberi pinjaman dapat mendukung masyarakat Indonesia, khususnya usaha mikro dan kecil dalam pemulihan akibat dampak pandemi. Hal ini dapat dilakukan perusahaan pemberi pinjaman melalui investasi pada sumber data dan kemampuan teknologi tepercaya, untuk membangun lanskap kredit inklusif secara jangka panjang,” kata Managing Director Southeast Asia & Regional Innovation Experian Asia Pacific, Mohan Jayaraman.
Memajukan kesuksesan finansial melalui sumber data alternatif selalu menjadi tujuan utama Experian Indonesia. Experian secara aktif terlibat dengan pelaku industri lokal, untuk menumbuhkan ekosistem data alternatif tepercaya, dalam rangka mendorong wawasan risiko kredit yang lebih baik. Selain itu, Experian baru-baru ini menjalin kemitraan dengan perusahaan telekomunikasi lokal PT. Hutchison 3 Indonesia. Kolaborasi ini menjadikan 3 Indonesia sebagai mitra data alternatif untuk alat penilaian kredit canggih Experian, yang dikenal dengan nama PowerScore, untuk memberikan wawasan data alternatif yang didukung telekomunikasi guna memfasilitasi pengambilan keputusan risiko kredit oleh pemberi pinjaman.
Unduh Tren Pengambilan Keputusan Kredit 2022 - studi Indonesia di sini: Credit Decisioning Trends 2022 - Indonesia
[2] Three markets include Australia, India and Indonesia
Read full article
Related Articles

Experian has ranked #9 on the newly announced 2022 IDC FinTech Ranking, jumping from its previous position at #11. The FinTech Rankings is an annual ranking which highlights the top…
Learn more
Experian, the world’s leading global information services company, has launched a new PowerCurve® Strategy Management solution, a powerful decisioning solution delivered as software-as-a-service via cloud to help organisations make the…
Learn more
London, September 13, 2021 — Experian has ranked #11 on the newly announced 2021 IDC FinTech Ranking, jumping from its previous position at #45. The FinTech Rankings is an annual…
Learn more
By Experian 01/26/2022